Pada suatu ketika, Duryudana mengundang Kunti dan para Pandawa untuk
liburan. Di sana mereka menginap di sebuah rumah yang sudah disediakan
oleh Duryudana. Pada malam hari, rumah itu dibakar. Namun para Pandawa
bisa diselamatkan oleh Bima yang telah diberitahu oleh Widura akan
kelicikan Kurawa sehingga mereka tidak terbakar hidup-hidup dalam rumah
tersebut. Usai menyelamatkan diri, Pandawa dan Kunti masuk hutan. Di
hutan tersebut Bima bertemu dengan raksasa Hidimba dan membunuhnya, lalu
menikahi adiknya, yaitu raseksi Hidimbi atau Arimbi. Dari pernikahan
tersebut, lahirlah Gatotkaca.
Setelah melewati hutan rimba, Pandawa melewati Kerajaan Pancala. Di sana
tersiar kabar bahwa Raja Drupada menyelenggarakan sayembara
memperebutkan Dewi Drupadi. Adipati Karna mengikuti sayembara tersebut,
tetapi ditolak oleh Drupadi. Pandawa pun turut serta menghadiri
sayembara itu, namun mereka berpakaian seperti kaum brahmana.
Pandawa ikut sayembara untuk memenangkan lima macam sayembara, Yudistira
untuk memenangkan sayembara filsafat dan tatanegara, Arjuna untuk
memenangkan sayembara senjata Panah, Bima memenangkan sayembara Gada dan
Nakula - Sadewa untuk memenangkan sayembara senjata Pedang. Pandawa
berhasil melakukannya dengan baik untuk memenangkan sayembara.
Drupadi harus menerima Pandawa sebagai suami-suaminya karena sesuai
janjinya siapa yang dapat memenangkan sayembara yang dibuatnya itu akan
jadi suaminya walau menyimpang dari keinginannya yaitu sebenarnya yang
diinginkan hanya seorang Satriya.
Setelah itu perkelahian terjadi karena para hadirin menggerutu sebab
kaum brahmana tidak selayaknya mengikuti sayembara. Pandawa berkelahi
kemudian meloloskan diri. sesampainya di rumah, mereka berkata kepada
ibunya bahwa mereka datang membawa hasil meminta-minta. Ibu mereka pun
menyuruh agar hasil tersebut dibagi rata untuk seluruh saudaranya.
Namun, betapa terkejutnya ia saat melihat bahwa anak-anaknya tidak hanya
membawa hasil meminta-minta, namun juga seorang wanita.
Agar tidak terjadi pertempuran sengit, Kerajaan Kuru dibagi dua untuk
dibagi kepada Pandawa dan Kurawa. Kurawa memerintah Kerajaan Kuru induk
(pusat) dengan ibukota Hastinapura, sementara Pandawa memerintah
Kerajaan Kurujanggala dengan ibukota Indraprastha. Baik Hastinapura
maupun Indraprastha memiliki istana megah, dan di sanalah Duryudana
tercebur ke dalam kolam yang ia kira sebagai lantai, sehingga dirinya
menjadi bahan ejekan bagi Drupadi. Hal tersebut membuatnya bertambah
marah kepada para Pandawa.
Untuk merebut kekayaan dan kerajaan Yudistira, Duryudana mengundang
Yudistira untuk main dadu, ini atas ide dari Arya Sengkuni. Pada saat
permainan dadu, Duryudana diwakili oleh Sengkuni sebagai bandar dadu
yang memiliki kesaktian untuk berbuat curang. Permulaan permainan
taruhan senjata perang, taruhan pemainan terus meningkat menjadi taruhan
harta kerajaan, selanjutnya prajurit dipertaruhkan, dan sampai pada
puncak permainan Kerajaan menjadi taruhan, Pandawa kalah habislah semua
harta dan kerajaan Pandawa termasuk saudara juga dipertaruhkan dan yang
terakhir istrinya Drupadi dijadikan taruhan. Akhirnya Yudistira kalah
dan Drupadi diminta untuk hadir di arena judi karena sudah menjadi milik
Duryudana. Duryudana mengutus para pengawalnya untuk menjemput Drupadi,
namun Drupadi menolak. Setelah gagal, Duryudana menyuruh Dursasana,
adiknya, untuk menjemput Drupadi. Drupadi yang menolak untuk datang,
diseret oleh Dursasana yang tidak memiliki rasa kemanusiaan. Rambutnya
ditarik sampai ke arena judi, tempat suami dan para iparnya berkumpul.
Karena sudah kalah, Yudistira dan seluruh adiknya diminta untuk
menanggalkan bajunya, namun Drupadi menolak. Dursasana yang berwatak
kasar, menarik kain yang dipakai Drupadi, namun kain tersebut
terulur-ulur terus dan tak habis-habis karena mendapat kekuatan gaib
dari Sri Kresna yang melihat Dropadi dalam bahaya. Pertolongan Sri
Kresna disebabkan karena perbuatan Dropadi yang membalut luka Sri Kresna
pada saat upacara Rajasuya di Indraprastha.
Drupadi yang merasa malu dan tersinggung oleh sikap Dursasana bersumpah
tidak akan menggelung rambutnya sebelum dikramasi dengan darah
Dursasana. Bima pun bersumpah akan membunuh Dursasana dan meminum
darahnya kelak. Setelah mengucapkan sumpah tersebut, Drestarastra merasa
bahwa malapetaka akan menimpa keturunannya, maka ia mengembalikan
segala harta Yudistira yang dijadikan taruhan.
Duryudana yang merasa kecewa karena Drestarastra telah mengembalikan
semua harta yang sebenarnya akan menjadi miliknya, menyelenggarakan
permainan dadu untuk yang kedua kalinya. Kali ini, siapa yang kalah
harus mengasingkan diri ke hutan selama 12 tahun, setelah itu hidup
dalam masa penyamaran selama setahun, dan setelah itu berhak kembali
lagi ke kerajaannya. Untuk yang kedua kalinya, Yudistira mengikuti
permainan tersebut dan sekali lagi ia kalah. Karena kekalahan tersebut,
Pandawa terpaksa meninggalkan kerajaan mereka selama 12 tahun dan hidup
dalam masa penyamaran selama setahun.
Setelah masa pengasingan habis dan sesuai dengan perjanjian yang sah,
Pandawa berhak untuk mengambil alih kembali kerajaan yang dipimpin
Duryudana. Namun Duryudana bersifat jahat. Ia tidak mau menyerahkan
kerajaan kepada Pandawa, walau seluas ujung jarum pun. Hal itu membuat
kesabaran Pandawa habis. Misi damai dilakukan oleh Sri Kresna, namun
berkali-kali gagal. Akhirnya, pertempuran tidak dapat dielakkan lagi.
Pandawa berusaha mencari sekutu dan ia mendapat bantuan pasukan dari
Kerajaan Kekaya, Kerajaan Matsya, Kerajaan Pandya, Kerajaan Chola,
Kerajaan Kerala, Kerajaan Magadha, Wangsa Yadawa, Kerajaan Dwaraka, dan
masih banyak lagi. Selain itu para ksatria besar di Bharatawarsha
seperti misalnya Drupada, Setyaki, Drestadjumna, Srikandi, Wirata, dan
lain-lain ikut memihak Pandawa. Sementara itu Duryudana meminta Bisma
untuk memimpin pasukan Kurawa sekaligus mengangkatnya sebagai panglima
tertinggi pasukan Kurawa. Kurawa dibantu oleh Resi Dorna dan putranya
Aswatama, kakak ipar para Kurawa yaitu Jayadrata, serta guru Krepa,
Kertawarma, Salya, Sudaksina, Burisrawa, Bahlika, Sengkuni, Karna, dan
masih banyak lagi.
Pertempuran berlangsung selama 18 hari penuh. Dalam pertempuran itu,
banyak ksatria yang gugur, seperti misalnya Abimanyu, Durna, Karna,
Bisma, Gatotkaca, Irawan, Raja Wirata dan puteranya, Bhagadatta,
Susharma, Sengkuni, dan masih banyak lagi. Selama 18 hari tersebut
dipenuhi oleh pertumpahan darah dan pembantaian yang mengenaskan. Pada
akhir hari kedelapan belas, hanya sepuluh ksatria yang bertahan hidup
dari pertempuran, mereka adalah: Lima Pandawa, Yuyutsu, Setyaki,
Aswatama, Krepa dan Kertawarma.
Setelah perang berakhir, Yudistira dinobatkan sebagai Raja Hastinapura.
Setelah memerintah selama beberapa lama, ia menyerahkan tahta kepada
cucu Arjuna, yaitu Parikesit. Kemudian, Yudistira bersama Pandawa dan
Drupadi mendaki gunung Himalaya sebagai tujuan akhir perjalanan mereka.
Di sana mereka meninggal dan mencapai surga.
Parikesit memerintah Kerajaan Kuru dengan adil dan bijaksana. Ia
menikahi Madrawati dan memiliki putera bernama Janamejaya. Janamejaya
menikahi Wapushtama (Bhamustiman) dan memiliki putera bernama Satanika.
Satanika berputera Aswamedhadatta. Aswamedhadatta dan keturunannya
kemudian memimpin Kerajaan Wangsa Kuru di Hastinapura.
0 comment:
Posting Komentar